Cara Mengendalikan Percakapan Agar tidak diDominasi Orang Lain
Oleh : Dr. Bahrodin
Lagi asik cerita sama temen atau bahkan di meeting, tiba-tiba obrolan dibajak sama satu orang yang terus saja berbicara? Kamu cuma bisa manggut-manggut, nyaris nggak kebagian kesempatan buat nyelipin pendapat. Rasanya pengen meledak, tapi nggak enak kalau memotong.
Tenang, kamu nggak sendirian. Di zaman yang serba cepat dan penuh suara ini, punya skill untuk mengendalikan percakapan adalah superpower. Bukan untuk mendominasi, tapi untuk memastikan semua suara terdengar dan obrolan tetap produktif serta menyenangkan.
Ini dia senjata rahasianya.
1. Kuasai Seni Memotong yang Sopan
Memotong pembicaraan sering dianggap kasar, tapi kalau dilakukan dengan benar, ini justru menunjukkan kamu peduli pada alur obrolan.
Coba teknik pengalihan halus. Angkat tangan sedikit sambil tersenyum dan bilang, "Sebelum lupa, boleh aku menambahkan sesuatu tentang poin yang barusan?" atau "Wah, ide itu mengingatkan aku pada...". Fokusnya adalah pada ide, bukan pada memotong orangnya.
2. Ajukan Pertanyaan yang Membelokkan
Orang yang dominan seringkali fokus pada monolognya. Kamu bisa mengalihkannya dengan pertanyaan yang mengajak orang lain terlibat.
Alih-alih diam saja, coba lontarkan pertanyaan seperti, "Bagaimana pendapat kalian tentang yang baru saja dijelaskan?" atau langsung tujukan ke seseorang, "Rani, tadi kamu kayaknya mau bilang sesuatu?". Ini memecahkan konsentrasi si dominan dan membuka panggung untuk yang lain.
3. Gunakan Bahasa Tubuh yang Assertif
Bahasa tubuhmu berbicara lebih keras sebelum kamu mengucapkan sepatah kata pun. Pertahankan kontak mata yang kuat, bukan untuk menantang, tapi untuk menunjukkan kepercayaan diri. Duduk atau berdiri dengan tegak. Hindari melipat tangan di dada yang terkesan tertutup.
Saat ingin berbicara, condongkan tubuh sedikit ke depan. Itu adalah sinyal universal bahwa kamu memiliki sesuatu untuk dikatakan. Seringkali, orang akan secara otomatis memberi kamu ruang.
4. The Power of Pause
Setelah si pembicara dominan berhenti sejenak, jangan langsung buru-buru mengisi kekosongan itu. Tunggu dua sampai tiga detik. jeda yang singkat ini memberimu waktu untuk mengumpulkan pikiran dan menunjukkan bahwa kamu bukan hanya ingin berebut waktu, tapi benar-benar merespon.
Kadang, jeda ini juga membuat orang lain merasa sedikit tidak nyaman dan justru membuka kesempatan untukmu atau orang lain mulai bicara.
5. Framing Ulang Pembicaraan
Katakanlah obrolannya sudah melenceng jauh dari topik awal. Kamu bisa mengambil kendali dengan lembut dengan cara merangkum dan mengarahkan kembali.
Coba mulai dengan, "Oke, intinya dari yang dibahas tadi adalah A, B, dan C. Sepertinya kita sepakat di situ. Sekarang, mungkin kita bisa lanjut ke pembahasan tentang Y supaya tidak kehabisan waktu." Ini menunjukkan kamu mendengarkan dan punya tujuan untuk membuat percakapan tetap efektif.
6. Jadilah Ally, Bukan Musuh
Terkadang, orang yang mendominasi tidak menyadari perilakunya. Daripada melawannya secara frontal, coba jadilah sekutunya. Dekati dia setelah percakapan dan katakan dengan baik-baik, "Tadi idemu keren banget, tapi aku rasa bakal lebih keren lagi kalau kita dengar juga pendapat dari yang lain untuk melengkapinya."
Dengan menjadi ally, kamu menjaga perasaannya sekaligus menyampaikan pesan bahwa kolaborasi itu lebih baik.
7. Pilih Medan Perang yang Tepat
Sadari bahwa tidak semua pertempuran layak untuk diperjuangkan. Dalam obrolan santai yang tidak penting, sometimes it's easier to just let it go. Hemat energimu untuk diskusi yang benar-benar penting bagimu, seperti saat rapat tim, presentasi ide, atau ketika keputusan besar akan diambil.
Yang paling penting diingat, mengendalikan percakapan bukan tentang jadi yang paling banyak bicara. Ini tentang menciptakan ruang yang seimbang dimana setiap orang merasa dihargai dan didengarkan. Itu adalah skill kepemimpinan yang sangat dibutuhkan di zaman sekarang. So, take a deep breath, and claim your space.#ES
Direfensi dari Media Sosial
