-->


Sekilas "The Siswanto Institute" "The Siswanto Institute" ini sebagai tempat kajian, curah rasa dan pemikiran, wahana urun rembug dan berbagi praktik baik. Memuat isue strategis aktual dan faktual, baik lingkup nasional, regional, maupun global. Berhubungan dengan dunia Pendidikan, Politik, Agama, Sains dan Teknologi, Pembelajaran, Bisnis-Kewirausahaan, Opini, Merdeka Belajar dan pernak-perniknya. Pembahasan dan informasi terutama dalam Pendidikan Vokasi-SMK dan contain lainnya. Selamat berbagi dan menikmati sajian kami. Menerima masukan, kritik, sumbangsih tulisan artikel dan pemikiran, semoga bermanfaat.

"BELAJAR DARI COVID-19" Perubahan Besar dalam Pendidikan? (Refleksi Hardiknas Tahun 2020)

- May 02, 2020
advertise here
advertise here



"BELAJAR DARI COVID-19" Perubahan Besar dalam Pendidikan? (Refleksi Hardiknas Tahun 2020)

Pendidikan nasional ditengah ancaman global “hantu Corona”? Sebagai sub sistem dari sebuah sistem bangunan besar-negara. Masih muncul beragam problema. Terutama dimasa sulit seperti pandemi Covid-19 ini. Menjadi permasalan bersama.

Hari ini Tanggal 2 Mei tepat diperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2020. Tak lepas dari kelahiran beliau Dr. Ki Hajar Dewantara, Mendikbud pertama RI, yang terkenal dengan semboyan “Tut Wuri Hadayani” yang memiliki arti “di Belakang Memberikan Dorongan” “Ing Madyo Mangun Karso” di tengah memberikan semangat. Dan "Ing Ngarso Sung Tulodho". Didepan memberikan contoh atau teladan. Hendaknya nilai ini dipegang teguh bukan sekedar semboyan tak bermakna.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Hardiknas Tahun 2020. Dan logo baru Hardiknas Tahun 2020. Dalam pedoman tersebut, peringatan Hardiknas mengambil tema besar :  "Belajar dari Covid-19”.

Peringatan Hardiknas kali ini, dalam suasana keprihatinan, sedih dan duka.  Pandemi Covid-19, secara global terus menyebar dan meningkat. Ajakan stay at home and work at home, selalu mengedepankan social and physical distancing terus digaungkan. Beberapa daerah sudah dinyatakan masuk dalam zona merah penyebaran Covid-19. Ini harus disikapi serius. Bukan main-main. Jangan sepelekan, ini darurat, perlu kesadaran tinggi dari warga,"

Ujian Nasional (UN), yang sedianya tahun 2021 baru dihapus. Seketika dibatalkan. Uji Kompetensi Keahlian (UKK), Ujian Sekolah (US) ditiadakan atau dengan sistem Daring/Online bagi yang bisa menyelenggarakan. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) seketika lumpuh sesaat "gagap" bagimana bisa menyesuaikan ditengah arus serba kerterbatasan. Siswa sudah “tidak ujian nasional”, namun “negara yang ujian”. Rupaya sistem pendidikan benar-benar “mendapat ujian”. Kelabakan diuji sesungguhnya karena kurang persiapan. Dengan adanya pandemi yang sudah berjalan hampir dua bulan. Peristiwa ini yang nampaknya akan merubah total kedepan sistem pendidikan kita.

Covid-19 menyerang sendi pertahanan bangsa, termasuk pendidikan. Sementara pendidikan adalah pertaruhan masa depan bangsa. Pengalaman negara maju pendidikan solusi fundamental dari keterpurukan bangsa. Akankah Indonesia dengan sistem pendidikannya mampu melawan Corona?

Seperti dilansir Kompas.com, Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia per 1 Mei 2020 bertambah 433. Dengan demikian, total pasien yang terjangkit virus corona yakni 10.551 orang. "Konfirmasi positif 10.551, "Terdiri dari laki-laki 58 persen, wanita 42 persen. Artinya, lebih banyak yang laki-laki terjangkit Covid-19," lanjut dia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 800 orang meninggal dunia. Sementara itu, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh yakni 1.591 orang.

Sebanyak 11 daerah di Indonesia menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan DKI Jakarta sebagai kota pertama yang melakukannya.

Pertanyaan selanjutnya sejauh manakah kesiapan dan kondisi SMK setelah adanya pandemi, bisakah benar-benar "Belajar dari Covid-19"? Benarkah akan terjadi perubahan besar dalam dunia pendidikan? Perubahan besar yang seperti apakah itu? Sudah banyak usaha dilakukan pemerintah namun belum banyak mendongkrak kemajuan pendidikan Indonesia. Mengapa?

Sistem pendidikan nasional menjadi penentu. Kesalahan paradigma pendidikan bisa kehilangan ruh dan jati diri. Menghasilkan output lulusan pribadi yang salah arah. Ujungnya kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan tidak siap. Tertinggal dan dipertanyakan. Banyak perusahaan yang akhirnya memutuskan hubungan kerja (PHK) karyawannya akibat pandemi virus corona. Ada yang terkena PHK, dirumahkan, bekerja sebagian, dikurangi gajinya, dan semacamnya. 

Pihak terdampak salah satunya adalah lulusan SMK. Bagaimanapun SMK disiapkan untuk memenuhi tenaga kerja siap pakai di industri. Tercatat data terbaru hingga 18 April 2020, pekerja terdampak corona di sektor formal yang di-PHK ada 229.789 orang. Sementara itu yang dirumahkan ada 1.270.367 orang. Sehingga total pekerja terdampak di sektor formal ada 1.500.156 orang di 83.546 perusahaan. (Kompas.com). Data ini terus bertambah seiring dengan belum redanya Corona. Hingga menambah daftar "pameo" SMK sebagai pencetak tenaga kerja pengangguran

Juru bicara pemerintah dalam penanganan Covid-19, Yuri menegaskan bahwa penularan Covid-19 masih terjadi di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah tidak henti-hentinya mengimbau masyarakat agar tetap beraktivitas dari rumah masing-masing. Sekalipun keluar rumah, diharapkan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Protokol itu mulai dari menggunakan masker, menjaga jarak fisik dengan orang lain, mencuci tangan setelah beraktivitas, hingga melakukan olahraga teratur.

Karenanya Kemendikbud menghimbau semua instansi melalui surat Nomor 42518/MPK.A/TU/2020, tanggal 29 April 2020. Baik dalam maupun luar negeri tidak mengadakan kegiatan/aktivitas peringatan Hardiknas Tahun 2020. Yang mengakibatkan berkumpulnya orang banyak pada suatu lokasi. Sebagai bentuk pencegahan penyebaran Covid-19.

Sekalipun Kemendikbud tetap menyelenggarakan Upacara Bendera Peringatan Hardiknas Tahun 2020 pada tanggal 2 Mei 2020 pukul 07.30 WIB, dengan sederhana. Terpusat, terbatas, dan memerhatikan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 yang telah ditetapkan pemerintah. "Hal ini kita lakukan tanpa mengurangi makna, semangat, dan kekhidmatan acara. 

Dengan memperhatikan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 dan Kepres Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran Covid-2019 sebagai Bencana Nasional. 




Kepada masyarakat, insan pendidik, orang tua pendidik, dan peserta didik tetap dapat memperingati dan memeriahkan Hardiknas Tahun 2020. Dengan melakukan beragam aktivitas/kegiatan kreatif yang menjaga dan membangkitkan semangat belajar di masa darurat Covid-19. Namun tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19. Melakukan pembatasan sosial dan jaga jarak untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Instansi baik pusat maupun daerah, satuan pendidikan dalam maupun luar negeri, bisa menyaksikan jalannya upacara bendera secara virtual melalui siaran langsung di kanal Youtube KEMENDIKBUD RI, dan TVRI dari rumah atau tempat tinggal masing-masing.

Dengan “Belajar dari Covid-19” dunia pendidikan menjadi refleksi bersama. Menampakan kekurangan dan kelemahan sesungguhnya. Menjadi nyata problem pertama dan utama pendidikan nasional selama ini. Kurangnya alat sarana prasarana termasuk infrasutruktur dan “melek IT" guru dan siswa menjadi yang dikedepankan dan tak bisa terelakan. Selain tentu pembentukan karakter kokoh, sebagai benteng nilai luhur bangsa yang kian memprihatikan. 

Dtengah Learning Form Home (LFH) dan Work Form Home (WFH) akibat  pandemi Covid-19. Mau tak mau “system” mendorong. guru dan siswa tergerak belajar IT. Namun yang terjadi kesediaan infrastruktur, jaringan dan kuota internet dipertanykan dan menjadi keluhan bersama.

Semoga dengan peringatan Hardiknas Tahun 2020 ini menjadi "momen" penting tonggak "sejarah perubahan besar pendidikan". Menjadikan kebersamaan saling menghargai sesama. Merasakan penderitaan orang lain. Memperkuat pendidikan karakter, etos kerja, tanggung jawab dan budaya kerja  industri. Bangkit kembali dari keterpurukan setelah diserang Corona yang belum tahu sampai kapan berakhir. Dari Covid-19 kita banyak belajar dan belajar banyak  bagaimana hidup bersih, menjaga kesehatan, berkumpul dengan keluarga dan anak, 

Lebih penting lagi menjawab tantangan abad 21 mau tak mau guru "melek" literasi dan IT. Bagaimanapun dengan kemajuan IT, dimasa pandemi akan sangat terasi sekali. Selamanya peran guru tak akan dapat tergantikan. Namun Guru yang melek IT akan menggantikan guru yang buta dan tak mau belajar IT. Hidup SMK!!!

#SMK bisa. #SMK Hebat. #SMK Bisa dan Hebat.





Advertisement advertise here

Promo Buku

Promo Buku
Bunga Rampai Pemikiran Pendidikan

Supervisi Pendidikan

Pengembangan Kebijakan Pendidikan

Logo TSI

Logo TSI
Logo The Siswanto Institue
 

Start typing and press Enter to search