Sritex Jatuh..atau Dijatuhkan?
Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi pada kejatuhan Sritex. Melansir dari Antara, menurut pernyataan Direktur Keuangan Sritex Welly Salam, pandemi COVID-19 dan konflik geopolitik global seperti perang Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina menyebabkan gangguan rantai pasok dan penurunan ekspor.
Persaingan dari produk tekstil China yang melakukan dumping harga juga memberikan tekanan berat. Produk-produk ini menyasar negara-negara dengan aturan impor yang longgar, termasuk Indonesia, sehingga mempengaruhi pangsa pasar Sritex
Keputusan untuk menutup Sritex dan menghentikan operasionalnya bukanlah hal yang terjadi secara tiba-tiba. Perusahaan telah mengalami tekanan keuangan dalam beberapa tahun terakhir, yang diperburuk oleh berbagai faktor, termasuk menurunnya permintaan global, persaingan industri yang ketat, serta dampak pandemi terhadap rantai pasokan.
Pada akhirnya, Sritex dinyatakan pailit dan tidak mampu lagi menjalankan kegiatan usahanya. Keadaan ini berdampak langsung pada lebih dari 12 ribu karyawan, termasuk sekitar 8 ribu pekerja di Sukoharjo, yang harus kehilangan pekerjaan akibat PHK massal. Keputusan ini diumumkan melalui surat resmi dari tim kurator pada 26 Februari 2025.
