Rahasia Membaca Materi Pelajaran dengan Cara Filsuf
Oleh : Dr. Bahrodin
Membaca seperti filsuf bukan tentang kecepatan atau menghafal, melainkan tentang kedalaman pemahaman dan dialog kritis dengan teks. Filsuf membaca dengan sikap curiga, ingin tahu, dan selalu mencari kebenaran di balik kata-kata. Pendekatan ini mengubah materi pelajaran dari sekumpulan fakta menjadi ladang eksplorasi pemikiran yang menantang dan memuaskan.
1. Mulailah dengan Pertanyaan, Bukan Jawaban Sebelum membaca, tanyakan pada diri sendiri apa yang sudah kamu ketahui tentang topik ini dan apa yang ingin kamu pelajari. Filsuf tidak pernah membaca dengan pikiran kosong; mereka membawa serta rasa ingin tahu dan skeptisisme sehat. Dengan memiliki pertanyaan di pikiran, kamu akan membaca dengan tujuan dan lebih mudah menemukan bagian yang relevan dan bermakna.
2. Baca untuk Memahami Argumen, Bukan Fakta Jangan hanya mencari tanggal, nama, atau rumus. Identifikasi klaim utama yang diajukan penulis, bukti yang digunakan, dan logika yang menghubungkannya. Tanyakan apakah argumen ini valid dan apakah buktinya cukup kuat. Dengan fokus pada struktur pemikiran, kamu menguasai cara berpikir tentang suatu topik, bukan hanya menghafal kontennya.
3. Temukan Asumsi yang Tidak Diucapkan Setiap teks memiliki asumsi tersembunyi yang mendasarinya—keyakinan yang dianggap begitu saja oleh penulis. Tugasmu adalah menggali asumsi ini dan mempertanyakannya. Mengapa penulis percaya ini? Apakah asumsinya valid? Langkah ini melatihmu untuk membaca yang tersirat, bukan hanya yang tersurat, dan melihat celah yang mungkin dilewatkan orang lain
4. Hubungkan dengan Ide Lain yang Telah Kamu Ketahui Filsuf selalu menempatkan teks dalam percakapan yang lebih besar. Saat membaca, tanyakan bagaimana ide ini terkait dengan yang telah dipelajari dari pelajaran lain, buku lain, atau bahkan pengalaman pribadi. Membangun jaring pengetahuan seperti ini membantu menciptakan pemahaman yang holistik dan tidak terisolasi.
5. Berhenti secara Berkala untuk Merefleksikan Jangan terburu-buru menyelesaikan bab. Setiap beberapa paragraf, berhentilah sejenak dan tanyakan pada diri sendiri: Apa yang baru saja kubaca? Apakah ini masuk akal? Bagaimana ini mengubah atau memperkuat pemahamanku? Refleksi singkat ini mencegah informasi menumpuk tanpa dicerna dan memungkinkanmu untuk mengintegrasikan ide baru ke dalam pemikiranmu.
6. Tantang Teks tersebut dengan Sudut Pandang Alternatif Setelah memahami argumen penulis, coba lawan dengan sudut pandang lain. Bagaimana kritikus akan menanggapi ini? Apa kelemahan dalam argumen ini? Dengan secara aktif mencari kelemahan dan perspektif lain, kamu tidak hanya mengingat materi, tetapi benar-benar menguasainya melalui dialektika pemikiran.
7. Tulis Seolah Kamu Sedang Menjelaskan pada Orang Lain Setelah membaca, coba tuliskan pemahamanmu dengan kata-katamu sendiri—seolah-olah kamu menjelaskan pada seseorang yang tidak tahu apa-apa. Menulis memaksa otakmu untuk mengorganisir ide, mengidentifikasi titik lemah dalam pemahaman, dan mengungkapkan konsep secara jelas. Ini adalah ujian terbaik untuk mengetahui apakah kamu benar-benar memahami materi.#ES
Direfensi dari Media Sosial
