-->


Sekilas "The Siswanto Institute" "The Siswanto Institute" ini sebagai tempat kajian, curah rasa dan pemikiran, wahana urun rembug dan berbagi praktik baik. Memuat isue strategis aktual dan faktual, baik lingkup nasional, regional, maupun global. Berhubungan dengan dunia Pendidikan, Politik, Agama, Sains dan Teknologi, Pembelajaran, Bisnis-Kewirausahaan, Opini, Merdeka Belajar dan pernak-perniknya. Pembahasan dan informasi terutama dalam Pendidikan Vokasi-SMK dan contain lainnya. Selamat berbagi dan menikmati sajian kami. Menerima masukan, kritik, sumbangsih tulisan artikel dan pemikiran, semoga bermanfaat.

Berfikir Kritis

- September 17, 2025
advertise here
advertise here

Berfikir Kritis

Oleh : Dr. Bahrodin


Di era informasi yang bergerak cepat seperti sekarang, kita dibombardir oleh berbagai macam konten, berita, dan opini dari segala penjuru. Kemampuan untuk menyaring informasi inilah yang disebut dengan berpikir kritis. Berpikir kritis bukan sekadar tentang mencari kesalahan atau bersikap sinis, melainkan sebuah proses aktif dan terampil dalam menganalisis, mengevaluasi, dan menyusun ulang informasi untuk sampai pada kesimpulan yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini adalah alat yang memungkinkan kita untuk melihat di balik permukaan, menanyakan asumsi, dan membuat keputusan yang lebih baik, bukan hanya ikut-ikutan arus.

Lalu, mengapa anak muda sangat wajib menguasai skill ini? Masa muda adalah fase dimana keputusan-keputusan besar tentang pendidikan, karier, dan kehidupan sosial mulai diambil. Dengan bekal berpikir kritis, anak muda tidak akan mudah tertipu oleh hoaks, manipulasi iklan, atau bujukan peer pressure. Skill ini membentuk kemandirian berpikir, membuat mereka menjadi pribadi yang lebih percaya diri dalam menyuarakan pendapat yang berdasar, serta siap menghadapi dunia yang kompleks dan penuh dengan tantangan. Singkatnya, berpikir kritis adalah senjata ampuh untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga sukses di abad ke-21.

1. Selalu Bertanya Mengapa Langkah pertama dalam berpikir kritis adalah mengembangkan rasa ingin tahu yang mendalam. Jangan pernah menerima informasi begitu saja sebagai kebenaran mutlak. Ketika membaca berita, melihat iklan, atau mendengar pernyataan seseorang, biasakan untuk menanyakan mengapa hal itu bisa terjadi, apa motif di baliknya, dan dari mana sumber informasinya. Kebiasaan bertanya ini akan membuka wawasan dan mencegah kamu dari jatuh ke dalam perangkap narasi yang bias atau menyesatkan.

2. Pilah Sumber Informasi Tidak semua sumber informasi memiliki kredibilitas yang sama. Sebelum mempercayai atau membagikan suatu informasi, telusuri terlebih dahulu sumbernya. Apakah berasal dari institusi yang terpercaya, ahli di bidangnya, atau hanya akun anonim? Periksa juga apakah informasi tersebut dilaporkan oleh beberapa sumber independen atau hanya satu saja. Mengutamakan sumber yang kredibel adalah tameng pertama dari paparan berita hoaks dan misinformation.

3. Kenali Bias dalam Diri Sendiri Setiap orang memiliki bias atau prasangka tertentu yang dapat mengabarkan penilaian. Berpikir kritis menuntut kejujuran untuk mengenali bias yang mungkin kamu miliki, apakah itu bias konfirmasi (hanya mencari informasi yang sesuai dengan kepercayaanmu) atau bias kelompok (mendukung sesuatu hanya karena kelompokmu yang mengatakannya). Dengan menyadari keberadaan bias ini, kamu bisa lebih berusaha untuk objektif dan membuka diri terhadap perspektif yang berbeda.

4. Latihan Membuat Argumen yang Logis Berpikir kritis erat kaitannya dengan kemampuan menyusun argumen yang runtut dan logis. Cobalah untuk melatih skill ini dalam diskusi sehari-hari dengan teman. Sampaikan pendapatmu disertai dengan data atau alasan yang jelas, bukan hanya perasaan. Begitu juga ketika mendengar argumen orang lain, periksa apakah alasannya masuk akal dan relevan dengan kesimpulannya. Hindari fallacy atau kesesatan logika yang umum seperti menyerang pribadi lawan bicara alih-alih argumennya.

5. Ambil Jarak Sejenak Sebelum Menilai Emosi yang tinggi seringkali mengganggu proses berpikir jernih. Ketika dihadapkan pada informasi yang provokatif atau membuat emosional, cobalah untuk tidak langsung bereaksi. Ambil napas dalam-dalam dan beri diri kamu waktu untuk merefleksikan informasi tersebut. Dengan mengambil jarak, kamu memberi ruang bagi otak untuk menganalisis secara lebih tenang dan rasional, sehingga terhindar dari keputusan atau komentar yang kamu sesali di kemudian hari.

6. Terus Berlatih dan Berdiskusi Seperti otot, kemampuan berpikir kritis perlu terus dilatih agar semakin kuat. Carilah topik-topik kompleks yang membutuhkan analisis mendalam, lalu diskusikan dengan orang lain yang memiliki perspektif berbeda. Diskusi yang sehat bukan tentang menang atau kalah, tetapi tentang memahami kompleksitas suatu masalah dan memperluas cara pandang. Semakin sering kamu berlatih, semakin terasah instingmu dalam menalar dan mengevaluasi informasi.#ES

Direfensi dari Media Sosial

Advertisement advertise here

Promo Buku

Promo Buku
Bunga Rampai Pemikiran Pendidikan

Supervisi Pendidikan

Pengembangan Kebijakan Pendidikan

Logo TSI

Logo TSI
Logo The Siswanto Institue
 

Start typing and press Enter to search