Oleh : Dr. Bahrodin
Penjelasannya sebagai berikut:
1. Kenali Pola dan Motivasinya Langkah pertama adalah memahami mengapa dia bersikap seperti itu. Apakah dia memang haus perhatian, merasa insecure dan ingin terlihat pintar, atau memang memiliki kepribadian yang argumentatif? Dengan mengenali polanya, kamu tidak akan mudah tersulut emosi karena kamu paham bahwa ini bukan tentang kamu, tapi tentang kebutuhannya sendiri. Perlakukan dia seperti algoritma media sosial yang perlu kamu pahami polanya.
2. Jangan Masuk ke Arena Debat Mereka Ini adalah hukum utama. Jika mereka mengajak debat tentang hal sepele, kamu tidak wajib menerimanya. Kamu punya kendali penuh untuk tidak ikut bermain di permainan mereka. Anggap seperti notifikasi yang bisa kamu abaikan. Senyum, angguk, dan alihkan topiknya. Dengan tidak masuk ke arena, kamu memenangkan pertarungan tanpa perlu berkelahi.
3. Gunakan Kalimat Penyetuju yang Netral Daripada menyangkal atau membantah, coba gunakan kalimat yang membuat mereka kehilangan momentum. Kata-kata seperti oh begitu, menarik juga sudut pandangmu atau saya bisa memahami why kamu berpikir seperti itu. Kalimat ini bersifat netral, tidak setuju tapi juga tidak melawan, sehingga lawan debat kehilangan bahan untuk melanjutkan argumentasinya.
4. Ajukan Pertanyaan Reflektif Balikkan energi debatnya dengan mengajukan pertanyaan yang membuatnya pause sejenak. Tanyakan apa yang sebenarnya dia inginkan dari percakapan ini, atau minta dia memberikan solusi, bukan hanya kritik. Contohnya, oke, saya dengar kekhawatiranmu. Menurutmu, apa langkah konkret yang bisa kita ambil? Pertanyaan seperti ini seringkali membuat mereka diam karena fokusnya beralih pada solusi.
5. Set Boundaries dengan Jelas dan Tegas Jika debatnya sudah mengganggu kenyamanan dan energi mentalmu, kamu berhak untuk mengatur batasan. Katakan dengan kalimat yang jelas dan tanpa emosi, misalnya saya appreciate pendapatmu, tapi untuk topik ini, saya rasa kita agree to disagree aja ya atau saya lebih nyaman kalau obrolannya tidak berlarut-larut soal debat ini. Kamu melindungi peacemu sendiri.
6. Alihkan Topik dengan Cerdas Ini adalah seni menghindari konflik tanpa terlihat menghindar. Begitu topik mulai memanas dan tidak produktif, segera alihkan ke hal lain yang lebih ringan. Tanyakan tentang rencana weekend dia, cerita tentang series yang lagi dia tonton, atau hal-hal personal yang tidak memicu debat. Teknik ini sangat efektif untuk meredakan ketegangan.
7. Jangan Mengambil Hati Ingat, bahwa kata-kata mereka seringkali bukan tentang kamu, tapi tentang diri mereka sendiri. Jangan biarkan pendapat atau argumentasi mereka mempengaruhi harga dirimu. Anggap saja seperti komentar negatif di media sosial yang tidak perlu dibalas dan dibiarkan lalu. Kesehatan mentalmu jauh lebih berharga.
8. Pilih Pertempuran yang Tepat Tidak semua hal perlu ditanggapi. Simpan energi dan waktu berhargamu untuk hal-hal yang benar-benar penting dan prinsipil. Untuk hal-hal sepele, biarkan berlalu. Tanyakan pada diri sendiri, apakah worth it untuk berdebat tentang ini? Apakah akan mengubah sesuatu? Jika jawabannya tidak, lebih baik kamu menghemat tenaga.
9. Gunakan Humor untuk Meredakan Ketegangan Humor adalah senjata ampuh untuk melumpuhkan debat tanpa harus konfrontatif. Tanggapi dengan candaan ringan yang tidak menyakiti, seperti wah, kayaknya kamu lagi semangat banget nih hari ini atau kita perlu sediain podium nggak nih? Candaan bisa mengubah suasana dari tegang menjadi rileks.
10. Evaluasi Hubungan tersebut Jika perilaku mendebatnya sudah toxic dan sangat menguras energi, mungkin ini saatnya untuk mengevaluasi hubungan tersebut. Kamu berhak untuk menghabiskan waktu dengan orang yang memberikan energi positif, bukan yang terus-menerus menyulut konflik. Berteman itu seharusnya saling mengisi, bukan saling menguras.#ES
Direfensi dari Media Sosial