-->


Sekilas "The Siswanto Institute" "The Siswanto Institute" ini sebagai tempat kajian, curah rasa dan pemikiran, wahana urun rembug dan berbagi praktik baik. Memuat isue strategis aktual dan faktual, baik lingkup nasional, regional, maupun global. Berhubungan dengan dunia Pendidikan, Politik, Agama, Sains dan Teknologi, Pembelajaran, Bisnis-Kewirausahaan, Opini, Merdeka Belajar dan pernak-perniknya. Pembahasan dan informasi terutama dalam Pendidikan Vokasi-SMK dan contain lainnya. Selamat berbagi dan menikmati sajian kami. Menerima masukan, kritik, sumbangsih tulisan artikel dan pemikiran, semoga bermanfaat.

Kartu Pra Kerja Efektifkah Atasi Pengangguran Masa Covid-19?

- April 27, 2020
advertise here
advertise here

Kartu Pra Kerja Efektifkah Atasi Pengangguran Masa Covid-19?
Program kartu pra kerja yang diluncurkan awal April lalu menuai kritik. “Terjadi pro kontra”. Biasa sebagai lompatan program baru. Apalagi menyerap dana tak sedikit 5,6 T. Yang berujung pada mundurnya dua staf milenial presiden.
Banyak yang beranggapan bahwa pelatihan yang ditawarkan dari program tersebut tidak efektif karena harus membayar. Melatih kompetensi kok melihat video tutorial saja? Apakah tidak malah lebih menguntungkan pihak penyedia layanan platform digital?
Sekalipun yang didapat lebih besar, biaya pelatihan ke penyedia layanan platform digital Rp. 1 juta. Peserta mendapat Rp. 600.00 selama 4 bulan setelah pelatihan selesai. Pendaftaran Rp. 150.000. Total dana per peserta Rp. 3.550.000.
Kenapa tidak menggunakan platform digital lain yang menyediakan konten serupa secara cuma-cuma atau gratis.
Berikut sejumlah pertanyaan yang perlu dijelaskan. Seperti apa sebenarnya kartu pra kerja? Seperti dilansir wikipedia, kartu prakerja adalah bantuan biaya pelatihan bagi masyarakat Indonesia yang ingin memiliki atau meningkatkan keterampilannya.
Tepatkah waktu  pemberian latihan kemampuan dengan kartu pra kerja di masa pandemi Covid-19 ini? Pemberian kartu pra kerja dimasa pandemi Covid-19 dianggap kurang tepat. Alasanya saat ini yang dibutuhkan masyarakat merupakan bantuan tunai dan bukan dalam bentuk pelatihan.
Warga saat ini butuh jaminan pangan dan sumber uang. Memberi ikan pada saat krisis lebih baik daripada memberi kail. Maka, memberi bahan pangan dan bantuan langsung lebih berfungsi daripada mengasah skill dengan pelatihah,” kata Muhammad Nabil Haroen. (Merdeka.com)
“Ini harus jadi bahan evaluasi agar program kartu pra kerja benar-benar tepat sasaran. Uang yang diberikan pemerintah juga akan bermanfaat jika penerima bantuan memang benar-benar membutuhkan,” ujarnya menambahkan. Seperti yang dilansir Republika.co.id. (24/4/2020).
Bantuan pra kerja ini akan efekif apabila dalam kondisi normal. Dengan kondisi ekonomi yang bertumbuh. Pada saat krisis, pelatihan itu salah sasaran,”
Dalam wawancara dengan Najwa Shihab di acara Mata Najwa, Rabu, 23 April 2020, Presiden Jokowi merespons kritik mengenai konsep dan pelaksanaan kartu pra kerja yang kurang tepat.
Jokowi mengakui, pada awalnya Kartu pra kerja disiapkan untuk program pelatihan secara offline. Program ini menurutnya sudah didesain sejak Oktober 2018 guna memberikan pelatihan seperti teknik coding, teknik programming, barista dan chef.
Jokowi menjelaskan program kartu pra kerja sudah bukan murni program pelatihan. Presiden menyebutnya sebagai program semi bansos.
Tetapi sekarang ada kondisi berbeda yang extraordinary karena ada Covid-19. Hanya dalam satu setengah bulan desain (kartu pra kerja) dibelokkan, diubah total. Karena kita gak mungkin harus melakukan pelatihan langsung, yang harus bertemu langsung seperti chef dan barista,” ujarnya presiden.
Jadi bukan mengedepankan training pelatihannya untuk upgrade skill namun sebenarnya bantuan yang dikemas dan bekerjasama dengan pihak swasta penyedia layanana platform digital.
Maka, mekanisme pengawalan sekaligus pemantauan harus tepat, dengan regulasi yang jelas.
Namun di tengah banjirnya kritik terhadap program pelatihan kartu pra kerja, ada sebagian peserta yang memandang program tersebut berjalan efektif.
Selain harga yang ditawarkan murah, peserta juga diberikan banyak pilihan pelatihan yang ditawarkan oleh platfom digital. Dan cocok diterapkan dalam masa pandemi Covid-19, yang tidak bisa bertatap muka. Kesempatan untuk belajar IT. Benarkah?
Pemerintah sendiri telah menunjuk delapan platform digital yang bekerja sama sebagai mitra program kartu prakerja. Ke delapan platform tersebut adalah Tokopedia, Ruang Guru, Mau Belajar Apa, Bukalapak, Pintaria, Sekolahmu, Pijar Mahir, dan Kemnaker.go.id.
Dalam sudut sistem pelatihan (training) bagaimana dalam tinjauan SMK yang mencetak tenaga kerja siap pakai. Dalam wa grup Teaching  Factory  (Tefa), jika bantuan sebesar 5,6 T diberikan untuk mengelola pendidikan vokasi termasuk SMK. Sebagai pihak yang sering “disalahkan” penyumbang  terbesar pengangguran akan lain ceritanya.
Teman saya bilang apa yang anda lakukan jika mendapat bantuan 5,6 T? Uang tersebut bisa untuk mengelola SMK dengan membuka lapangan kerja baru. Bisa untuk membuat mesin CNC sebanyak 28.000 unit yang cukup untuk diistribuskan ke 1400 SMK, Politeknik, dan Universtitas seluruh Indonesia yang menyelenggarakan Pendidikan Teknik Mesin rata-rata mendapat 20 unit tiap sekolah.

Produksi sebesar itu akan melibatkan 500 SMK yang dipilih dan setidaknya membukakan lapangan pekerjaan sebanyak 20.000 orang dalam program Tefa sekaligus melatih kewirausahan yang nyata bagi siswa dan lulusannnya.
Advertisement advertise here

Promo Buku

Promo Buku
Bunga Rampai Pemikiran Pendidikan

Supervisi Pendidikan

Pengembangan Kebijakan Pendidikan

Logo TSI

Logo TSI
Logo The Siswanto Institue
 

Start typing and press Enter to search