-->


Sekilas "The Siswanto Institute" "The Siswanto Institute" ini sebagai tempat kajian, curah rasa dan pemikiran, wahana urun rembug dan berbagi praktik baik. Memuat isue strategis aktual dan faktual, baik lingkup nasional, regional, maupun global. Berhubungan dengan dunia Pendidikan, Politik, Agama, Sains dan Teknologi, Pembelajaran, Bisnis-Kewirausahaan, Opini, Merdeka Belajar dan pernak-perniknya. Pembahasan dan informasi terutama dalam Pendidikan Vokasi-SMK dan contain lainnya. Selamat berbagi dan menikmati sajian kami. Menerima masukan, kritik, sumbangsih tulisan artikel dan pemikiran, semoga bermanfaat.

Pemuda, Agama dan Teknologi, Sebuah Renungan Hari Sumpah Pemuda 2020

- October 28, 2020
advertise here
advertise here



Pemuda, Agama dan Teknologi, Sebuah Renungan Hari Sumpah Pemuda 2020


Pemuda Bersatu, Bangkit Indonesia. Bagaimana relevansi dan memaknai Sumpah Pemuda, era new? Hari ini tanggal 28 Oktober 2020, diperingati sebagai Sumpah Pemuda yang ke-92.  Pernyataan para pemuda dalam kongres II tanggal 28 Oktober 1928 saat itu, dipertanyakan relevansinya sekarang, bagaimana memaknainya. Hanya sekedar pernyataan biasa atau benar "Sumpah" dalam arti sesungguhnya. Karena disebutkan dalam banyak dokumen tidak ada kata "Sumpah Pemuda" yang ada hanya "Poetoesan Coengres". namun sampai sekarnag orang menyebutkan sebagai Sumpah Pemuda. Disini ada dua kata, Sumpah dan Pemuda.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "Sumpah" adalah kata yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dan sebagainya). Pernyataan disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar. Sebagai janji atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu). Ini mempunyai konsekwensi logis dan berdampak luar biasa.

Selain pernyataan komitmen, Sumpah Pemuda yang kita ketahui dari guru sejarah sebagai "tonggak sejarah dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia". Disinilah dimulai perjuangan untuk bebas dari penjajah, sekaligus awal pergerakan organsiasi pemuda, setelah sebelumnya ada Boedi Oetomo tahun 1908.  

Pemuda, mengandung arti usia muda, atau semangat dan jiwa muda. Dalam tataran usia, saat ini terjadi pergeseran penggolongan usia. Sebagian melihat usia muda kurang dari 50 tahun. Namun Organisasi Kesehatan Dunia WHO, menetapkan sebuah kriteria baru yang membagi kehidupan manusia ke dalam 5 kelompok usia.

whatsapp-image-2020-10-28-at-08-01-04-5f98ca28d541df72584ebdb3.jpeg
Pertama usia, 0 sampai 17 tahun, kategori anak-anak di bawah umur. Kedua, usia 18  sampai 65 tahun, kategori pemuda. Ketiga, usia 66 sampai 79 tahun, kategori setengah baya. Keempat, usia 80  sampai 99 tahun, kategori orang tua. Kelima, usia 100 tahun ke atas, kategori orang tua berusia Panjang Jadi, jangan lagi menggolongkan seseorang yang berusia 70 tahun ke dalam orang tua, karena standar baru dunia kini usia 65 tahun, masih masuk kategori usia muda atau "pemuda".

Kembali kepada Sumpah Pemuda. Yang berisi : 

Pertama, Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea, Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga, Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Banyak kalangan menilai perlu reorientasi makna Sumpah Pemuda dalam era new. Apakah masih relevan atau tidak. Karena sejak pertama kali dibacakan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 atau tepatnya 92 tahun lalu. Maknanya perlu digeser dalam era kekinian yang sesuai perkembangan zaman.

Dengan semangat "Nasionalisme" Sumpah Pemuda, para pemuda pada saat itu disebut "Radikal" oleh penjajah. Namun saat itu belum dikenal istilah Radikal. Dikarenakan Oleh penjajah bisa mengancam kelangsungan kekuasaan penjajahannya pada saat itu.

Yang perlu direorientasi makna Sumpah Pemuda sebenarnya pada perjuangan para pejuang pemuda saat itu. Sebagian pejuang terdahulu, hanya sekedar berjuang melawan penjajah, karena tidak ingin terjajah, dan wilayah Indonesia jatuh ke tangan penjajah.

Namun sebagian pemuda dan tokoh muslim sebaliknya. Selain mempertahankan wilayahnya, ada tokoh seperti Pangeran Diponegoro, M. Natsir, Agus Salim, Bagus Hadikusumio, Kasman Singodimedjo menganggap bahwa kebenaran lebih mereka cintai dalam membela bangsa dengan menegakkan nilai-nilai Islam.

Mereka adalah pejuang yang ikhlas dalam membelanya negaranya sekaligus mempertahankan nilai dan semangat keislamannya. Jadi tak sekedar semangat nasionalisme daerah, wilayah, kesukuan saja namun ada semangat islam inilah yang jauh "menggelora" sehingga bisa terbebas dari penjajah. Mereka hakekatnya tahu apa itu perjuangan, yaitu dalam rangka berjuang memperjuangakan aqidah Islamiyah. Ini yang perlu dipahami, dicermati pemuda sekarang.

whatsapp-image-2020-10-22-at-19-57-09-5f98ca358ede484b006c0ee3.jpeg
whatsapp-image-2020-10-22-at-19-57-09-5f98ca358ede484b006c0ee3.jpeg
Kenyataan di atas perlu ada perimbangan sejarah, disampaikan sesuai proporsinya kepada generasi muda penerus, pemuda harapan bangsa. Tidak cukup hanya mempertahankan, berjuang untuk negaranya. Namun tak ketinggalan dan jauh lebih mulia adalah berjuang menegakkan kebenaran agama dengan menjaga akidah-Nya. Karena ini sesungguhnya ikatan mulia yang tak lekang oleh waktu dan kepentingan sesaat.

Tak dipungkiri saat itu pemuda memiliki andil yang sangat besar dalam sejarah kebangkitan.  Bahkan bisa dikatakan bahwa maju mundurnya sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas para pemudanya. Kenyataan pemudalah banyak mewarnai dan merubah dunia.

Pemuda hari ini adalah para pemain utama di masa mendatang. Merekalah yang sepuluh, dua puluh tahun lagi akan mengganti estafet kepememimpin. Pemuda sebagai pondasi utama negara yang menopang masa depan bangsa. Jika pemudanya cerdas dan berakhlak mulia maka kemajuan bangsa itu akan maju dan sejahtera. Namun sebaliknya, jika pemudanya bodoh, pemalas dan perilaku buruk lainnya, mudah "terkontaminasi" budaya hedonis, menyebabkan lupa perjuangan, bisa dipastikan masa depan bangsa tinggal menunggu kehancurannya.

Dalam konteks kekinian, dimana internet menjadi "kebutuhan utama" tak ada jarak dan sekat antarnegara, ahlak mulia generasi muda menjadi utama sebagai benteng moral penjaga bangsa.

Sumpah Pemuda, yang selalu kita peringati setiap tanggal 28 Oktober, hendaknya dipahami  pentingnya peran pemuda, bahwa ternyata ada "Sumpah" yang jauh lebih mulia, tidak hanya terbatas pada kesetiaan kepada suku, wilayah, agama, ras dan bangsa. Namun bagaimana sumpah setia kepada sebuah kebenaran yang serba Maha. Sumpah kesetiaan untuk menjaga agama-Nya. 

Melihat generasi terdahulu, kita masih sangat jauh. Kita perlu banyak belajar pada mereka,  menjadi ibrah bahwa peran pemuda sangatlah penting. Bahkan sampai Allah akan menanyakan khusus dipakai untuk apa usia muda anda? Dan ini tentunya akan kita jawab suatu saat nanti.

Ketika Soekarno berkata "berikan kepadaku sepuluh orang pemuda, aku akan goncangkan dunia", tentunya beberapa abad lalu, generasi muda sudah menggoncangkan dunia. 

Saat ini terjadi kemunduran genersi (usia) pada pemuda-pemuda Islam. Dahulu para pemimpin dunia adalah anak-anak muda usia. Lihat saja pemuda hasil gemblengean Rasullullah Muhammad SAW,  seperti Ali bin Abi Thalib, Umar bin Abdul Aziz, dll. Bahkan Ibnu Hajar Al Asqalani, ahli-ahli hadits dan ilmu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sebagai ahli politik, Imam Hasan Al Banna Rahimahullah adalah sederet tokoh-tokoh yang sudah berkibar diusia muda, bahkan sangat muda. Tentunya kita merasa sangat jauh sekali jika dibandingkan dengan mereka, generasi salafus shalih.

Kelak akan muncul Alfatih baru sebagai pembebas negeri dari penjajahan dan hegemoni kapitalis barat kelak. Setelah sebelumnya ada Alfatih yang menaklukan Konstantinopel.

Rasul bersabda : "bahwa pemuda yang taat beribadah kepada Allah, salah satu golongan yang dinaungi dihari kiamat". Inilah hendaknya yang menjadi acauan sebagai "Sumpah Pemuda" sekarang. Sumpah yang melebihi "Sumpah Pemuda" yang lalu. "Sumpah" kepada kalimat tauhid yang selalu berada diatas segalanya. Itulah sesungguhnya yang dapat mengembalikan kejayaan kita kepada generasi emas Islam. Generasi pemuda pengukir tinta sejarah. Yang sudah diakui dunia. 

Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. 

Dalam kontek Pendidikan Vokasi, siswa SMK sebagai bagian yang akan menuju sebagai pemuda, seringkali rawan apabila salah bimbingan. apabila tidak dibekali Minsedt perilaku yang kuat dan amanah. Ini yang dalam bahasa agama pemuda dibekali dengan ilmu dan akidah yang kuat. Keliru dalam pencarian jati diri yang terjadi pribadi pemuda yang miskin ide, kosong akidah, pada akhirnya lemah dan buta terhadap situasi dan kondisi yang membutuhkan pertimbangan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Namun dibutuhkan kearifan manusia dalam penentu pengguna teknologi modern. 

"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk." (Al-Kahfi: 13). 

Beranjak dari sini, sesungguhnya banyak tanggung jawab dan kewajiban seorang pemuda, dan semakin berat amanat yang terpikul di pundak kalian hai para pemuda. Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan hendaklah kalian mampu menunaikan hak-hak umat ini dengan sempurna.

Mari kita resapi, dalami setiap peringatan "Sumpah Pemuda" bukan sekedar nilai-nilainya sakralnya saja. Mengingat para pendahulu saja. Namun selalu mengingatkan pemuda untuk meningkatkan kemampuannya dan kompetensinya hadapi perkembangan kemajuan teknologi yang semakin cepat. Kuasai banyak hal, baik hard skill, maupun soft skillnya, kemampuan pembelajaran abad 21 dan terpenting adalah etika, karakter yang dalam bahasa agama disebut ahlak. Wallahu alam bi ashowab.. 



@mitraigvi
@mitrasdudi
@kamivokasi
@direktoratsmk
@diktivokasi
@kursuskita
#MitrasIGVI
#MitrasDUDI
#MitraVokasi
#VokasiKuat
#Menguatkan Indonesia

Advertisement advertise here

Promo Buku

Promo Buku
Bunga Rampai Pemikiran Pendidikan

Supervisi Pendidikan

Pengembangan Kebijakan Pendidikan

Logo TSI

Logo TSI
Logo The Siswanto Institue
 

Start typing and press Enter to search