-->


Sekilas "The Siswanto Institute" "The Siswanto Institute" ini sebagai tempat kajian, curah rasa dan pemikiran, wahana urun rembug dan berbagi praktik baik. Memuat isue strategis aktual dan faktual, baik lingkup nasional, regional, maupun global. Berhubungan dengan dunia Pendidikan, Politik, Agama, Sains dan Teknologi, Pembelajaran, Bisnis-Kewirausahaan, Opini, Merdeka Belajar dan pernak-perniknya. Pembahasan dan informasi terutama dalam Pendidikan Vokasi-SMK dan contain lainnya. Selamat berbagi dan menikmati sajian kami. Menerima masukan, kritik, sumbangsih tulisan artikel dan pemikiran, semoga bermanfaat.

Sang Raja Hadapi "Badai Topan"

- October 18, 2020
advertise here
advertise here

 

dokpri

Seorang pengikut setia kerajaan yang merasa memiliki, dan bekerja menjadi cantrik kerajaan sejak kecil : "Hendaknya kerajaan ini bersatu untuk menghadapi musuh yang akan menyerang kita. "Kenapa kanda apakah ada musuh yang mau menyerang? sahut kawan pengikut setia. Kita harus setia kepada kerajaan karena hidup kita ini dari kerajaan. 

Bukankah perang dalam kerajaan hal biasa kanda "Harus ada perdebatan. Perdebatan tidak selalu jelek dan negatif, bahkan bisa menjadi vitamin segar yang menyehatakan. Kalau tidak ada perdebatan artinya mengekor dan membebek..dan "meong"..Perdebatan adalah tradisi leluhur para pendiri kerajaan kita kanda. Kalau tidak ada perdebatan tidak lahir Kerajaan diatas angin ini kanda". Sambil mencucu pengikut setia yakin menjelaskan.

Terdengar cerita "Negeri diatas Angin" akan ada suksesi kepemimpinan Sang Raja. Beberapa nama calon sudah mulai bermunculan. Bahkan mulai terasa dua bulan ini, geliat dan dinamika mulai "menghangat". Ada calon yang sudah mendapat dukungan resmi dari beberapa wilayah bagian kerajaan. Ada calon yang dijagokan Sang Raja. Karena kabarnya Raja akan legowo mewariskan tahta kepada Sang Pangeran mahkota penerusnya yang sudah digadang-gadang. Sang Raja akan lengser keprabon mandeg pandito.

Namun dibalik geliat menghangatnya calon putra mahkota yang bermunculan, berhembus kabar "isu" yang menerpa sang raja. Isu tersebut bergulir dan belum ada titik temu. Menjadi bola liar digrup-grup para punggawa kerajaan dari pusat maupun daerah. Sampai sekarang belum selesai. Satu sisi menghendaki ada pertanggungjawaban jelas sepak terjangnya selama ini, sisi lain itu akan Sang Raja siap mempertanggungjawabkan menunggu saat musyawarah kerajaan dilaksanakan.

Perdebatan serius antara keluarga besar kerajaan berlangsung. Raja menganggap reshuffle adalah hak prerogratif, karena tidak diatur dalam konstitusi kerajaan. Sang Raja bersikukuh mempertahankan keputusannya seperti dalam pepatah "sekali layar terkembang pantang surut kebelakangi". Yang berati, lebih baik mati tenggelam daripada balik sebelum ujung. Ujar sang Raja. 

"Ayo punggawa tetap semangat bekerja" ujar Sang Raja" Daripada teman-teman berdebat disini, tunjukan kinerjamu, pengabdian terbaikmu kepada kerajaan. Silahkan tempuh jalur konstitusi, karena tak mudah menjadi Sang Raja. Ada forum yang bernama Musyawarah Luar Biasa (MLB), kerajaan itu jelas diatur dalam konstitusi kerajaan. Dua bulan mungkin masih cukup waktu untuk memberhentikan Sang Raja. Tapi kalau dirasa tak cukup, lebih baik tunggu Musyawarah kerajaan  yang sebenarnya. Sahut Sang Raja.

Atau gini saja, apa sih sebenarnya yang diinginkan dibalik ini semua? Apakah membatalkan reshuffle punggawa atau tidak membatalkan reshuffle berpengaruh pada apa yang diinginkan itu?"

Demikian pembelaan Sang Raja atas serangan terhadapnya. Sang Raja beranggapan tidak ada konstitusi yang dilanggar atas tindakannya selama ini yang sudah mereshufle sampai lima kali masa kepengurusannya. Apakah sewenang-wenang atau tidak, agar dikembalikan kepada konstitusi kerajaan. Jelasnya.

Karena memang tidak ada larangan dan tidak diatur dalam konstitusi organisasi. Namun hemat pengikut setia, secara etika bisa menimbulkan polemik dan perpecahan seperti dikhawatirkan punggawa kerajaan. Semakin tinggi dan besar kerajaan maka semakin tinggi pula angin yang menerpanya. Tak heran konflik, prasangka dan persepsi beda, hal biasa dalam kerajaan. Namun jika salah langkah, tidak dikemas dan dimanaj dengan cantik bisa muncul perpecahan. Dan itu yang diwanti-wanti leluhur kerajaan.

Disatu sisi Majelis Pertimbangan Kerajaan (MPK) sudah menerima laporan punggawa kerajaan yang merasa keberatan dipecat. Punggawa lain merasa ini bukan ranahnya. Apakah benar terjadi pelanggaran Sang Raja atau tidak, karena itu ranah MPK. Yang seharusnya segera mengambil sikap. Demi kejayaan dan keberlangsungan kerajaan. Punggawa kritis mempertanyakan keberanian MPK segera bergerak menyelamatkan dan mengembalikan marwah Kerajaan diatas angin yang sedang tahap persiapan menuju musyawarah kerajaan. Jika benar ada dugaan pelanggaran oleh sang Raja.

Salah satu pengikut setia kerajaan ikut prihatin jika hal ini berkepanjangan, dan tidak selesai sampai dilaksanakannya musyawarah kerajaan. Apa sebab? Hemat pengikut setia, secara etika posisi punggawa yang kena reshuffle jelas tidak bebas bergerak, bahkan tanda tanya "keabsahan menjadi calon" atau "dicalonkan dalam musyawarah kerajaan yang ditunggu. Sebelum posisinya dikembalikan.

Menjadi resistensi kepercayaan, yang berakibat timbul "mosi tidak percaya" kepada Sang Raja apabila mediasi tidak selesai. Dan ini bisa saja terjadi jika masing-masing berpedoman kepada aturan kosntitusi kerajaan. Karena "mosi tidak percaya" tidak dilarang, sekalipun tidak dianjurkan dalam aturan kosntitusi kerajaan. Namun sah saja. Tinggal berani atau tidak. Ini yang menuntut keseriusan semua pihak dalam menyelesaikan kemelut yang terjadi. Seperti dalam pembelaan sang Raja diatas, silahkan tempuh jalur konsistusi.

Ada dua frame yang segera diputuskan, kembalikan atau batalkan reshuffle atau diganti Sang Raja. Sekalipun tidak mudah mengganti Sang Raja. Tapi ada saja peluang. Dan ini yang sesungguhnya harus segera diambil oleh MPK, jika perdebatan tidak selesai, yang dinantikan punggawa kerajaan.

Jika itu semua tidak dilaksanakan, siap-siaplah warisan kerajaan akan "bubar", kata tetua kerajaan. Seperti banyak dikhawatirkan punggawa kerajaan. Dan ini tidak dikehendaki jika masing-masing ngotot atas pendiriannya. Namun pengikut setia optimis kerajaan akan mampu bertahan dari terpaan badai topan ini. Regenerasi Calon Sang Raja agar sukses berjalan. Telah disiapkan banyak pengganti sebagai putra mahkota kerajaan.

Karena sesungguhnya, jika melihat musyawarah para pendiri kerajaan,  yang terjadi sesungguhnya sudah saatnya Kerajaan berbenah dan butuh profil Sang Raja yang tak hanya cukup arif saja, namun dalam istilah jawa "weruh sakjeroning winarah" arif bijaksana untuk kebaikan semua, ahli strategi perang, diterima semua rakyatnya, dan malang melintang diseantero jagat kerajaan. Selamat datang dan ditunggu calon Sang Raja "weru sakjeroning winarah".
Advertisement advertise here

Promo Buku

Promo Buku
Bunga Rampai Pemikiran Pendidikan

Supervisi Pendidikan

Pengembangan Kebijakan Pendidikan

Logo TSI

Logo TSI
Logo The Siswanto Institue
 

Start typing and press Enter to search