-->


Sekilas "The Siswanto Institute" "The Siswanto Institute" ini sebagai tempat kajian, curah rasa dan pemikiran, wahana urun rembug dan berbagi praktik baik. Memuat isue strategis aktual dan faktual, baik lingkup nasional, regional, maupun global. Berhubungan dengan dunia Pendidikan, Politik, Agama, Sains dan Teknologi, Pembelajaran, Bisnis-Kewirausahaan, Opini, Merdeka Belajar dan pernak-perniknya. Pembahasan dan informasi terutama dalam Pendidikan Vokasi-SMK dan contain lainnya. Selamat berbagi dan menikmati sajian kami. Menerima masukan, kritik, sumbangsih tulisan artikel dan pemikiran, semoga bermanfaat.

Setiap Pilihan Kata Menunjukkan Pola Pikir, Dengarkan Bukan Hanya Kata, Tapi Pola

- October 14, 2025
advertise here
advertise here

 


Setiap Pilihan Kata Menunjukkan Pola Pikir, Dengarkan Bukan Hanya Kata, 

Tapi Pola

Oleh : Dr. Bahrodin

Kata bukan hanya bunyi, ia adalah sidik jari jiwa. Dari pilihan kosakata kita bisa membaca kekhawatiran, keangkuhan, atau luka yang bahkan pembicara sendiri lupa ia simpan.

Saar kamu mulai mendengar pola, telingamu berubah menjadi sinar x yang menembus topeng. Orang yang sama mengatakan aku capek bisa jadi menjerit aku butuh pelukan, hanya saja ia lupa kode untuk mengucapkannya.

1.  Perhatikan apakah ia menggunakan banyak kata kerja atau kata benda. Kecenderungan pada kata kerja menandai pikiran yang bergerak, lebih fokus pada proses dan perubahan. Sedangkan dominasi kata benda menunjukkan keinginan mengendalikan, ia ingin menamai, menempatkan, dan memastikan batas. Dari sini kamu bisa menyesuaikan bahasamu, beri ia dinamika jika ia penjelajah, beri ia peta jika ia pelabuhan.

2.  Cek frekuensi kata saya versus kata kita. Semakin sering saya muncul, semakin besar ia merasa sendirian dalam cerita, seolah hanya ada dua dunia, ia dan yang lain. Kamu bisa meredam rasa terasing itu dengan menanamkan kita pelan pelan, bukan untuk menyeragamkan, tapi untuk memberinya kehangatan bahwa ia punya kursi di meja yang sama.

3.  Amati kata penghubung yang dipakai, maka atau tapi. Orang yang suka maka cenderung mencari sebab akibat, ia butuh alur yang masuk akal. Orang yang gemar tapi sering sedang berkelahi dalam diri, ia menegaskan satu hal lalu langsung menarik kembali. Hadapi yang pertama dengan logika berurutan, hadapi yang kedua dengan sabar menunggu putaran kepalanya reda.

4.  Lihat apakah ia mengulang kata kunci tertentu. Pengulangan adalah jaring pengaman emosi, seperti orang yang berkali kali menyebut lucu sebenarnya sedang menahan tangis. Saat kamu menangkap kata yang diputar ulang, dekati makna tersembunyinya, beri ia ruang mengakui perasaan yang tak berani ia sebut langsung.

5.  Perhatikan bentuk waktu yang dominan, masa lalu, kini, atau depan. Orang yang kerap melompat ke masa depan sedang cemas, ia meminjam kekhawatiran yang belum terjadi. Bawa ia ke tanah kini dengan menanyakan perasaan saat ini, tanyakan napas, tanyakan denyut. Ketika ia kembali ke sekarang, kecemasan itu kehilangan sayap.

6.  Catat kata negatif seperti tidak, belum, atau jangan. Tumpukan negasi menandakan otak yang sedang dalam mode perlindungan, ia lebih dulu melihat lubang daripada jalan. Bantu ia menggulirkan alternatif positif tanpa menghapus kekhawatirannya, ucapkan jika khawatirmu terjadi, langkah kecil apa yang bisa kau lakukan, sehingga ia merasa didengar sekaligus diberi lentera.#ES


Advertisement advertise here

Promo Buku

Promo Buku
Bunga Rampai Pemikiran Pendidikan

Supervisi Pendidikan

Pengembangan Kebijakan Pendidikan

Logo TSI

Logo TSI
Logo The Siswanto Institue
 

Start typing and press Enter to search